Jumat, 18 November 2011

sterilisasi


STERILISASI
Sterilisasi adalah kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten.

Macam-macam sterilisasi yaitu :
1.  Metode Fisika
a.  Pemanasan kering
             Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Selain itu bahan/alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering adalah:
Suhu (0C)
Waktu (jam)
170
1,0
160
2,0
150
2,5
140
3,0
b.      Pemanasan basah
      Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan :
1.      Penguraian gula.
2.      Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
3.      Inaktifasi sitokinin zeatin riboside.
4.      Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut.

Bebarapa kombinasi tekanan, suhu dan waktu sterilisasi dengan autoktlaf

Tekanan Uap
(atm)
Suhu (0C)
Waktu yang dibutuhkan untuk spora tahan panas (menit)
0,5
111,3
15-60
0,7
115,5
15-60
1,0
121,5
12-15
1,3
126,5
5-12
2,0
134,0
3-5
Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan media untuk pekerjaan mikrobiologi. . Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
Prinsip cara kerja autoklaf
      Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdidih pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
        Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
             Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.


·      Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
·             Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
·             Pelarut organik, seperti fenol
·             Buffer dengan kandungan detergen
·      Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
·             Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
·             Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
·             Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
·             Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
·             Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
             Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit
c.       Pemanasan dengan bakterisida
       Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
d.      Air mendidih
     Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.
e.       Pemijaran
     Dengan cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
f.       Sterilisasi dengan radias
     Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk dan alat-alat medis yang peka terhadap panas (termolabil).
g.      Tyndalisasi
                Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis. Tyndalisai merupakan proses memanaskan medium/larutan menggunakan uap selama 1 jam setiap hari selama 3 hari berturut- turut

h.         Pasteurisasi
     Proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu (650C selama 30’ atau 720C selama 15’ untuk membunuh pathogen yang berbahaya bagi manusia
a.   Metode Kimia
a.      Menggunakan bahan kimia
     Senyawa kimia yang digunakan sebagai desinfektan  antara lain adalah CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat menyebabkan koagulasi protein) dan beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%) dan KNO2 (10%) dapat digunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan dehidrasi protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula digunakan karena bersifat menghidrolisis isi sel mikroba.
    Larutan KmnO4 (1%)  dan HCL (1,1%) ternyata merupakan desinfektan yang kuat karena dapat mengoksidasi substrat. Sedang yang paling banyak digunakan adalah larutan HgCl2 (0,1%) namun senyawa tersebut sangat beracun dan bersifat korosif , serta dapat merusak jaringan inang dan dapat mengendapkan protein. Juga larutan garam Cu (dari CuSo4) merupakan senyawa yang paling banyak digunakan sebagai algasida. Larutan formalin/formaldehida merupakan senyawa yang mudah larut di dalam air tetapi sangat efektif sebagai desinfektan dengan kadar 4-20%.  Selain itu alkohol dengan kadar 50-70% digunakan sebagai desinfektan karena cepat menyebabkan koagulasi (penggumpalan) protein.
b.      Sterilisasi gas
     Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik dan antibiotik.

3.      Metode mekanik
a.      Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)
      Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil (mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap), penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya.  Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptic.

     Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan operator, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.

Aturan umum teknik aseptis:
·         Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara, misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas orang. Penggunaan kabinet biosafety dapat menjaga dan mengatur aliran udara tetapi ini bukan merupakan suatu jaminan mutlak dari resiko terkontaminasi.
·         Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan digunakan. Kultur tua atau pipet bekas seharusnya tidak berada di meja kerja. Kotoran seringkali sulit dibersihkan pada sudut-sudut ruang.
·         Usap meja kerja dengan antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum digunakan. Di sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika telah selesai bekerja, sebaiknya meja kerja dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi.
·         Semua peralatan (pipet, cawan dll.) yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua peralatan yang telah disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang sepertinya telah disterilisai tapi masih ragu terhadap sterilitasnya maka sebaiknya jangan digunakan. Bungkus peralatan baik alat steril sekali pakai atau bukan (pipet, syringe dll.)diperiksa terlebih dahulu apakah terdapat kebocoran atau tersobek.
·         Atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan tangan. Alat-alat yang biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum inokulum, filler, pipet dll.) letakkan disebelah kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan petri, erlenmeyer dll.) terkecuali untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja disediakan ruang lapang untuk bekerja.
·         Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.
·         Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang diperlukan beserta cadangannya.

·         Pakai sarung tangan lateks dan ganti secara berkala. Sarung tangan membantu melindungi dari tumpahan biakan atau bahan kimia berbahaya. Tidak menggunakan sarung tangan dirasa tidak bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti dipastikan tidak berbahaya.
·         Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan.
        Saran-saran teknik aseptis:
·         Minimalisasi gerak : pergerakan tangan dapat menciptakan aliran udara . semakin cepat pergerakannya semakin cepat aliran udara yang ditimbulkan. Pergerakan lengan sebaiknya dilakukan seperlu mungin dan bergerak secara lembut.
·         Minimalisasi jarak: jarak antar peralatan diatur seefektif dan seefisien mungkn. Antar peralatan jangan diletakkan terlalu jauh.
·         Minimalisasi keterpaparan : semakin sering menggerakkan sesuatu (mis: cawan berisi media) melewati udara maka semakin besar partikel udara untuk masuk. Semakin lama tutup erlenmeyer terbuka juga semakin besar terkontaminasi
            Catatan penting dalam kerja aspetis :
·         Tutup erlenmeyer, botol atau cawan sebaiknya dibuka kira-kira 450. tujuannya untuk meminimalisasi udara masuk namun masih dapat mentransfer sesuatu.
·         Jika diharuskan untuk membuka penuh dan tutup diletakkan di meja kerja, maka tutup dapat diletakkan tertelungkup atau terlentang (muka menghadap ke atas). Jika tertelungkup pastikan permukaannya bersih dan bila terlentang pastikan juga tidak ada gerakan di atasnya.
·         Untuk menghindari bakteri yang menempel pada jarum inokulum terpental/terciprat maka diameter loops harus berkisar 2-3 mm dan untuk memperkecil getaran panjang kawat tidak lebih dari 6cm
·         Tidak boleh menyedot cairan pada saat pipeting dengan mulut.
·         Untuk menghindari penyebaran mikroba dari tetesan pipet yang terjatuh maka dapat digunakan kain steril yang diberi desinfektan sebagai alas. Kain ini setelah selesai dibuang sebagai limbah berbahaya.



                clip_image002
                     clip_image004
                       clip_image006
       




                                                                                                                          clip_image008
                clip_image010

        Uji Sterilitas Alat dan Bahan
  Setelah mempelajari langkah-langkah sterilisasi yang benar dan sekaligus melakukan kegiatan sterilisasi, maka perlu menguji diri apakah pekerjaan yang telah kita lakukan benar-benar dilakukan dengan baik atau tidak. 
 Uji sterilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat atau bahan yang sudah disterilisasi memenuhi syarat atau tidak. Uji sterilitas dilakukan secara mikrobiologi dengan menggunakan medium pertumbuhan tertentu. Media untuk pengujian ini adalah nutrient agar.
 Penguasaan teknik aseptic yang baik , seperti cara memipet, menuangkan medium ke cawan petri dan sebagainya harus dapat dikuasai dengan baik dan benar. Untuk mempertahankan sterilitas alat yang telah steril, dalam hal ini ditekankan pada penggunaan pipet, ada ketentuan sebagai berikut: pipet 1 ml digunakan untuk memindahkan jumlah 1ml  atau kurang dan tidak digunakan 3 kali untuk memindahkan 3 ml cairan. Untuk memindahkan lebih dari 1 ml, gunakan pipet berukuran besar. Gunakan pipet 5 ml untuk memindahkan volume 1- 5 ml dan pipet 10 ml digunakan untuk memipet 5-10 ml.
Pada kondisi tertentu, misal jumlah pipet terbatas sehingga terpaksa harus menggunakan 2 kali pemipetan dengan satu buah pipet, maka setelah pemipetan pertama panaskan diatas nyala api pipet yang telah digunakan kemudian lakukan pemipetan berikutnya.
      Berikut adalah alat, bahan dan cara kerja uji sterilisasi  yang diperlukan:
A.    Alat dan Bahan:
1.         Tabung reaksi (tabung yang akan dioeriksa)              2 buah
2.         Pipet steril 10 ml dan 1 ml                                          1 buah
3.         Cawan petri steril                                                        3 buah
4.         Agar kaldu 10 ml                                                        3 tabung
5.         Air steril                                                                     10 ml

B.     Cara Kerja
1.      Masukkan kurang lebih 10 ml air steril secara aseptic ke dalam botol/tabung yang akan diperiksa. Kocok hati-hati (jangan sampai mengenai tutupnya)
2.      Kedalam cawan Petri steril masukkan 1 ml air dari botol atau tabung yang akan diperiksa tadi dan tuangkan pula agar kaldu yang suhunya kurang lebih 450C
3.      Putar-putarlah cawan Petri hingga campuran di dalamnya homogen, biarkan sampai membeku
4.      Lakukanlah blanko yaitu ambil 1ml air steril masukkan kedalam cawan Petri dan tambahkan  agar kaldu, lakukan selanjutnya seperti pada poin di atas
5.      Cawan-cawan Petri yang telah berisi agar tadi dibungkus, simpan secara terbalik dalam lemari (incubator) pada suhu 360C. Periksa dua hari kemudian untuk uji sterilitas alat, sedangkan tiga hari untuk uji sterilitas bahan. Adanya koloni menandakan   pertumbuhan mikroba
Selain sterilisasi terhadap alat dan bahan perlu juga untuk melakukan monitoring terhadap ruangan agar ruangan yang digunakan untuk proses sterilisasi terjaga kesterilitasannya. Pembersihan ruangan yang baik, lingkungan yang terkontrol dengan efektif, suatu muatan dari produk yang dapat dikontrol dan diidentifikasi, proses produksi yang direncanakan dan dikontrol dengan baik, dapatlah disimpulkan dengan penuh kepercayaan bahwa produk tersebut steril.
      UJI KOMPETENSI BAB 3
A.    Berilah tanda silang pada huruf a, b, c, d atau e pada jawban yang anda anggap benar!

1.      Kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten disebut dengan…
a.       Stagnasi       
b.      Supurasi
c.       Sterlisasi  
d.      Netralisasi
e.       Sporasi
2.      Alat yang digunakan untuk proses sterilisasi panas kering adalah…
a.       Autocklaf  
b.      Bejana
c.       Filter   
d.      Inkubator
e.       Oven
3.      Sterilisasi yang dalam prosesnya dapat  menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi adalah prinsip dari sterilisasi...
a.       Panas kering
b.      Radiasi
c.       Panas basah

d.       Filtrasi
e.      Pasteurisasi
4.      Di bawah ini adalah bahan/alat yang dapat disterilisasi dengan menggunakan oven, kecuali…
a.       Minyak     
b.      Alat bedah
c.       Gelatin
d.      Media agar
e.       Gelas

5. Di bawah ini adalah tekanan, suhu dan waktu yang diperlukan jika akan melakukan sterilisasi menggunakan  autoklaf, kecuali…
Tekanan Uap
(atm)
Suhu (0C)
Waktu yang dibutuhkan untuk spora tahan panas (menit)
a.       0
161
60-120
b.      0,7
115,5
15-60
c.       1,0
121,5
12-15
d.      1,3
126,5
5-12
e.       2,0
134,0
3-5


6.      Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan, kecuali :
a.       Penguraian gula.
b.      Degradasi vitamin dan asam-asam amino.
c.       Koagulasi protein
d.      Inaktifasi sitokinin
e.       Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar.
b.      Sterilisasi di bawah ini merupaka jenis sterilisasi yang tidak dapat membunuh, bakteri tertahan pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Disebut apakah alat yang digunakan dalam proses sterilisasi yang dimaksud…
a.        Filter
b.      Tyndalisasi
c.        Autoklaf                                                   
                                               
d.      Oven
e.       Pasteurisasi
c.       Dibawah ini adalah macam-macam sterilisasi, kecuali…
a.       Sterilisasi kimia 
b.      Sterilisasi mekanik
c.       Sterilisasi fisika       
d.      Sterilisasi gas
e.       Sterilisasi biologi
d.      Dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba adalah prinsip dasar dari sterilisasi...
a.       Panas kering
b.      Radiasi
c.       Panas basah
d.      Filtrasi
e.       Pasteurisasi
e.        Suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme disebut dengan…
a.       Teknik sterilisasi   
b.      Tenik akulturasi
c.       Teknik aseptis     
d.      Teknik inokulasi
e.      Teknik kulturisasi


B.     Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1.      Jelaskan mengapa kita harus melakukan sterilisasi terlebih dahulu sebelum memulai praktikum?
2.      Sebutkan macam-macam sterilisasi?
3.      Jelaskan perbedaan sterilisasi panas kering dan sterilisasi panas basah!
4.      Sebutkan prinsip dasar sterilisasi panas kering dan sterilisasi panas basah!
5.      Sebutkan hal-hal yang berhubungan dengan teknik aseptic!
6.      Jelaskan pada pH berapakah kita boleh mensterilkan media dengan menggunakan autoklaf?


C.       Pengayaan
1.      Jelaskan macam-macam sterilisasi!
2.      Sebutkan prinsip dasar sterilisasi mekanik dengan filter!
3.      Jelaskan pada pH berapakah kita boleh mensterilkan media dengan menggunakan autoklaf?
4.      Sebutkan langkah-langkah sterilisasi panas kering!
5.      Mengapa alat dan bahan yang sudah disterilkan bisa tidak menjadi steril lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar